Sumber: Achmad Nur Karim – Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah
GEMA-Meski pandemi Covid-19 membatasi sejumlah kegiatan perkuliahan dan kemahasiswaan di kampus, Jurusan Perbankan Syariah (PBS) tak kehilangan ide. Melalui tiga organisasi intra mahasiswa, yakni Sahabat Pendamping, El-Dinar Finance House, dan Komunitas Entrepreneur, PBS mengadakan kompetisi yang dilaksanakan secara daring dan bisa diikuti oleh mahasiswanya. Dua lomba yang digagas panitia ialah Kepenulisan Esai dan Penyusunan Proposal Bisnis (Business Plan).
Menurut Achmad Nur Karim, Ketua Panitia, perlombaan dilaksanakan sepanjang bulan Juli untuk mengisi kekosongan kegiatan selama liburan perkuliahan semester genap. Di mulai dari registrasi selama dua pekan (5-15/7), pengumpulan karya (15-25/7), penjurian oleh tim juri terpercaya di bidangnya (26/7), hingga presentasi karya plus pengumuman pemenang pada akhir bulan (31/7).
Ia melanjutkan, tema yang diusung panitia dalam PBS Competition 2021 ialah “Pengembangan Strategi Financial Technology sebagai Solusi di Tengah Pandemi”. Meski di masa terisolasi karena wabah Covid-19 dan juga liburan semester, antusias mahasiswa Jurusan PBS tetap memanas. “Ada 16 tim yang mendaftar, terdiri dari 9 tim di Lomba Esai dan 7 tim pada Lomba Business Plan,” jelas Karim, mahasiswa Jurusan PBS angkatan 2018 ini. 5 karya pada masing-masing cabang lomba diujikan kembali pada sesi final untuk mendapatkan tim yang layak bergelar juara.
Setelah melalui penilaian ketat, pihak juri pun mengumumkan pemenang. Untuk Lomba Esai, juara pertama diraih Tim Razali Ade Syahputra Hasibuan dan Dwi Rismayanti, juara kedua oleh Tim Teuku Ghufron T.S. dan juara ketiga oleh Tim Bella Ayu Rahmawati.
Sedangkan pada cabang Lomba Business Plan, pihak juri mengganjar Tim Yulistina Wulandari dan Sania Nabillah dengan posisi pertama. Juara kedua diraih oleh Tim Ikrima Hamda dan juara ketiga oleh Tim Muhammad Boy Ikhsan.
Karim menyatakan kepuasannya atas antusiasme mahasiswa Jurusan PBS dalam kompetisi tersebut. Ia berharap seluruh mahasiswa dapat memanfaatkan ajang tersebut untuk menjadi mahasiswa yang mumpuni di bidangnya. “Tak hanya itu, mahasiswa juga ikut serta memajukan visi-misi jurusan dan berkontribusi pada negeri melalui karya,” jelasnya. (nd)
Entering the third period of the University Roadmap, his goal is to help the campus to get the international recognition. It is way difficult than to get the regional (ASEAN) recognition since the competitors are more challenging. To achieve the goals, the rector needs to ensure that all majors (study programs) are A-accredited by the trustworthy institution, such as BAN-PT and AUN-QA. To date, 46% of majors in UIN Maulana Malik Ibrahim Malang have been rewarded with A level. In the near future, Prof. Zainuddin is eager to advance the rest of the majors to get the similar score.
Doing the best of his ability is surely what he wants to do as the new leader of the Ulul Albab campus. He asks everyone to contribute in the development of UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. He reminds us not to expect compliments from other humans since it is fruitless. “Serve others with the best quality and don’t expect their praise. All praises belong only to Allah the Almighty,” said Prof. Zainuddin. (nd)
GEMA-Pasca acara Jumat rutinan istighosah dan doa bersama, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menghelat Serah Terima Jabatan dari Prof. Dr. Abd. Haris, M.Ag. (Rektor periode 2017-2021) kepada Prof. Dr. M. Zainuddin, MA. (Rektor periode 2021-2025). Acara berlangsung secara daring melalui kanal YouTube resmi UIN Malang dan aplikasi Zoom mengingat PPKM Darurat level 4 masih diberlakukan pemerintah, Jumat (30/7). Mengawali sambutan, Prof. Haris menuturkan kesannya selama menjabat. Ia menyaksikan banyak perubahan yang terjadi di UIN Malang dari beragam sisi, salah satunya peningkatan SDM. Ia sadar bahwa pencapaiannya sebagai pimpinan juga merupakan hasil gotong royong bersama dengan seluruh sivitas akademik kampus. Lebih lanjut ia berharap agar seluruh elemen UIN Malang, dari bawahan hingga atasan dapat melakukan perubahan sekecil apapun. "Terutama yang terkait dengan moralitas dan budi pekerti agar reputasi kampus ini menjadi lebih baik lagi," ujarnya. Mengawali awal masa jabatannya, Prof. Zainuddin mengapresiasi segala perkembangan kampus di bawah pimpinan rektor sebelumnya. Ia sadar, ia menjabat di masa yang sangat krusial. Yakni, dalam Roadmap periode ketiga (2021-2025). "Tugas saya untuk membawa perguruan tinggi menuju international recognition," jelasnya. Periode ini, masih kata Prof. Zain, akan sangat berat dan memerlukan kerja keras yang ekstra. Maka, ia berharap ada sinergi dan kohesivitas di dalam tubuh UIN Malang. "Semua pihak diharapkan perannya, dari pimpinan, staf, mahasiswa, hingga petugas kebersihan," tuturnya. Ia melanjutkan, seorang top leader tidak akan pernah sukses tanpa dukungan koleganya. Dengan semangat kerjasama, ia ingin agar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang lebih maju dan berkembang. (nd)
GEMA-Kementerian Agama Republik Indonesia telah menetapkan pemimpin baru beberapa institusi pendidikan di bawah naungannya. Salah satunya ialah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Menurut fit and proper test, Prof. Dr. M. Zainuddin, MA. terpilih untuk memimpin kampus pada periode 2021 hingga 2025, Rabu (28/7) Prof. Zainuddin akan meneruskan perjuangan rektor sebelumnya, Prof. Dr. Abd. Haris, M.Ag. yang telah menunaikan tugasnya sejak 2017. Pelantikan rektor baru oleh Menteri Agama RI berlangsung di Jakarta pagi ini. Sementara, belum ada info resmi terkait serah terima jabatan di internal kampus. (nd)
GEMA-Menjadi salah satu narasumber dalam webinar Metodologi Rekonstruksi Pengkajian Islam, Prof. Dr. Tutik Hamidah, M.Ag. menyampaikan materi Model Kajian Islam, Senin (26/7). Ia mengawali materinya dengan membahas tentang al Quran dan juga keutamaan-keutamaannya. Ia lalu mengaitkannya dengan beberapa kandungan ayat yang bisa dibahas melalui beragam perspektif. Prof. Tutik menuturkan, meski pihak LP2M telah membuka kesempatan bagi peneliti interdisipliner, belum banyak kajian yang bisa dijadikan acuan. Maka, pihaknya ingin agar webinar ini menjadi salah satu media bagi peneliti Studi Islam untuk masuk ke ranah interdisipliner. Untuk mengawali penelitian, Prof. Tutik menyarankan agar calon peneliti lebih banyak mengkaji ayat al Quran dan juga sunnah Nabi Muhammad saw. Dalam kedua sumber hukum Islam tersebut, ada banyak hal yang bisa dikaitkan dengan problem kekinian. Ia juga mengingatkan bahwa menjadikan al Quran dan hadis sebagai rujukan penyelesaian masalah, harus melihat konteks. Prof. Tutik menjelaskan, saat ini jika suami ketahuan memukul istri, maka dapat dikenai sanksi kriminal. Padahal, ada ayat al Quran yang memperkenankan perbuatan tersebut. “Namun kita lihat lagi asbabun nuzulnya. Mengapa ayat tersebut sampai turun?” ujarnya. Menilik sejarah ayat, wanita di masa itu dikenal bertabiat keras kepala sehingga memperbolehkan suami untuk bertindak demikian. Dengan catatan, itu adalah pilihan terakhir setelah beberapa tindakan lain tidak berhasil. Bagaimana dengan masa sekarang? Karena kondisi yang tak lagi sama dengan zaman nabi, maka ada banyak problem yang harus dikaji ulang. Dengan demikian, penjelasan ayat al Quran yang dihadirkan saat ini merupakan cita rasa masyarakat modern. (nd)
GEMA-Tak banyak yang tertarik untuk mempelajari, apalagi hingga menekuni sejarah sebagai fokus studinya. Maka, tidak heran jika sejarawan sering mendapat pertanyaan-pertanyaan repetitif. "Yang sering saya dapat adalah untuk apa sih mempelajari sejarah, khususnya Sejarah Islam?" Tutur Prof. Mun'im Sirry, Ph.D. saat mengisi webinar Metodologi Rekonstruksi Pengkajian Islam yang digagas Pusat Studi Penelitian, Unit LP2M, UIN Malang, Senin (26/7).
Pria asli Madura yang kini berkarir di Indiana, Amerika Serikat itu pun mengajak peserta webinar untuk menjawab beberapa pertanyaan klise. Apakah ada hubungannya sejarah Islam dengan peristiwa masa kini? Menurut Prof. Mun'im, menyelesaikan problem saat ini akan lebih mudah jika memahami akar masalahnya di masa lalu. Maka, jika ada kontra di masa modern tentang Islam, seorang muslim wajib mengetahui problem yang sama di masa awal Islam.
Selanjutnya, Guru Besar Teologi dan Studi Islam itu menjawab pertanyaan tentang apa saja yang menjadi persoalan dalam studi sejarah Islam. Waktu penulisan kitab sejarah yang sangat jauh dari peristiwanya menjadi problem utama. "Sejarah Islam yang pertama, dituliskan seabad setelah peristiwa terjadi. Kita bisa lihat sendiri betapa jauhnya jarak penulisan ini," jelas peraih gelar master dari UCLA (University of California, Los Angeles). Jauhnya waktu penulisan, lanjut Prof. Mun'im, membuat sejarah memiliki banyak celah untuk dikritisi. Pasalnya, tak hanya satu sejarawan yang menulis kitab shiroh, namun banyak dan tak terhitung. Karenanya, banyak penulisan satu peristiwa yang tidak konsisten. "Bahkan satu kitab dan kitab lainnya saling berkontradiksi," imbuhnya. Hal ini akan menyulitkan para pembelajar sejarah saat ini.
Maka dari itu, lulusan Program Doktor dari University of Chicago ini menekankan betapa krusialnya peran peneliti Studi Islam. Ada banyak PR yang harus dilakukan agar sejarah umat muslim menjadi jelas. Sehingga nantinya, hasil kajian Islam ini bisa dinikmati dan menjadi rujukan banyak orang. (nd)
GEMA-Ketika sebuah institusi berubah, maka segala struktur di dalamnya pun ikut berganti. Sama halnya dengan ketika sebuah Institusi Agama Islam Negeri (IAIN) berkembang menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), maka keilmuan yg diajarkan ikut bertransformasi. Begitulah yang disampaikan Kepala Pusat Studi Penelitian UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Dr. Nur Ali, M.Pd. Untuk membahas transformasi keilmuan Agama Islam, pihaknya menginisiasi webinar Metodologi Rekonstruksi Pengkajian Islam via aplikasi Zoom, Senin (26/7). Acara yang berlangsung sehari ini diikuti oleh para peminat Studi Islam dari berbagai penjuru Indonesia.
Ia menjelaskan, saat lembaga keagamaan berkembang, maka bahasan keilmuannya pun akan meluas. "Hal ini sesuai dengan arkan yang ditetapkan Kementerian Agama," jelasnya. Pembahasan tentang Agama Islam tak melulu tentang pentingnya mengetahui Rukun Islam dan Iman. Lebih dari itu, bahasan Studi Islam kini memiliki banyak cabang. Karenanya, pihak Pusat Studi Islam, di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Malang, menggagas webinar tersebut. Selain mengundang Prof. Dr. Tutik Hamidah, M.Ag., Guru Besar Bidang Ushul Fiqh dari UIN Malang, ada juga Prof. Mun'im Sirry, Ph.D. dari The University of Notre Dame, Indiana, Amerika Serikat. (nd)
GEMA-Untuk memantapkan lulusan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang memiliki bekal agama yg memadai, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang membangun Bait Tahfidz al-Quran & Rumah Moderasi Beragama. Setelah berbulan-bulan dibangun, gedung tersebut telah memiliki 1 lantai yang nantinya akan dikembangkan lagi. Rektor Prof. Dr. Abdul Haris mengundang secara daring tokoh-tokoh penting negeri untuk menyaksikan peresmian gedung yang diberi nama "KH. Bisri Mustofa" tersebut, Rabu (21/7). Acara peresmian disaksikan secara virtual oleh Menteri Agama KH. Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua DPR RI Dr. Puan Maharani.
Dalam sambutan pembuka, rektor menyatakan UIN Malang serius mendidik mahasiswa agar memiliki 4 pilar. Yakni, kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional. Untuk itu, tak hanya pendidikan di kampus yang selalu diperhatikan, namun juga keseharian mahasiswa. Termasuk mendorong mereka agar menjadi hafiz dan hafizah.
Rumah tahfidz merupakan salah satu bukti keseriusan UIN Malang dalam membekali nilai agama bagi sivitas akademik, di samping juga adanya ma'had. Nama Bait Tahfidz al-Quran dipilih karena tokoh KH. Bisri Mustofa yang sangat inspiratif. Ia tak hanya dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Roudhotut Tholibin, Rembang, Jawa Tengah. Namun, Sang Kiai dikenal pula sebagai seorang pendidik, budayawan, dan politisi bangsa. Sudah banyak karyanya yang fenomenal yang digunakan secara luas untuk mendidik kaum muslim di negeri ini, seperti Tafsir Al-Ibriiz (dengan makna Jawi).
Pihak kampus menghadirkan keluarga KH. Bisri Mustofa untuk memberikan sambutan dan menyaksikan peresmian. Secara khusus, KH. Mustofa Bisri yang merupakan anak kandung Sang Kiai mengapresiasi tinggi langkah UIN Malang untuk menyematkan nama ayahnya di Rumah Tahfidz. Kiai Mustofa Bisri menyatakan, dengan adanya Bait Tahfidz al Quran dan Moderasi Beragama ini, UIN Malang tak hanya mencetak lulusan yg intelek, namun juga memiliki bekal agama yg mumpuni. Ia melanjutkan, sejatinya "tahfidz" bukan hanya sekedar "menghafal". Dalam arti yang lebih luas, ia berarti menjaga. "Artinya ada kewajiban untuk menjaga kalam Allah dan maknanya, serta menjaga pengamalannya di kehidupan nyata," jelas KH. Mustofa Bisri. (nd)
GEMA-Sebagai guru besar yang sering membimbing mahasiswa dan dosen untuk menghasilkan karya ilmiah, Prof. Irwan Abdullah berbagi ilmu agar tulisan dapat diterima di jurnal berindeks Scopus. Dalam Workshop Metodologi Penelitian Praktis dan Penulisan Artikel di Jurnal yang diadakan LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, ia menjelaskan tahapan untuk memulai tulisan, Selasa (22/6). Menurut profesor asal Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini, kerangka tulisan dinilai sangat penting. Kerangka tulisan yang baik, akan membantu mengorganisir cara berpikir penulis menjadi lebih terarah. Selain itu, kerangka tulisan membantu kita menulis artikel yang efektif tanpa berbelit. Ia mencontohkan, saat menulis bagian Introduction, biasanya penulis pemula memulai dengan sesuatu yang general. Misal, ketika ingin membahas pendidikan multikultural di pesantren, banyak penulis yang memulai latar belakang dengan menulis bhinneka-nya Indonesia. “Sangat jauh dari inti bahasan, padahal yang mau dibahas adalah lingkungan pesantren,” papar Prof. Irwan. Ia melanjutkan, di bagian literature, sebaiknya penulis berpedoman pada keywords yang sudah ditulis di awal tulisan. “Kalau ada tiga keywords, maka sub bahasan sebaiknya tiga saja,” jelasnya. Hal yang ditulis dalam bagian literature, selanjutnya akan dibahas lagi di bagian discussion. Karena karya ilmiah merupakan hasil penelitian, maka penulis wajib menyertakan wujud atau bukti-bukti yang didapatkan selama riset. Bukti yang didapatkan harus dipresentasikan di bagian Methods. Dengan begitu, karya tulis yang dihasilkan benar-benar bernilai ilmiah. (nd)