Ko
Ko
HUMAS UIN MALANG — Paduan Suara Mahasiswa Gema Gita Bahana (PSM GGB) dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang torehkan prestasi gemilang di ajang internasional, Busan Choir Festival and Competition 2024 yang diselenggarakan di Busan, Korea Selatan 23-26 Oktober 2024.
Dalam kompetisi ini, PSM GGB berhasil memborong sejumlah penghargaan bergengsi, diantaranya juara 2 Kategori Pop & Acapella, diploma Emas Kategori Pop & Acapella, diploma Emas Kategori Etnis/Tradisional.
Selain penghargaan, PSM GGB juga berhasil membawa pulang hadiah sebesar 3 juta won Korea atau senilai 33,9 juta rupiah.
Dr. Penny Yurisa, SP M.Pd, pembina PSM GGB, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh anggota dan keluarga besar PSM GGB, Art Director Insan Amuda, pianis Dinar Primasti, serta seluruh civitas akademika UIN Malang.
"Semoga prestasi ini dapat memotivasi kami untuk terus berkarya dan mengharumkan nama baik PSM GGB, UIN Malang, bangsa, dan negara tercinta," ujar Dr. Penny Yurisa.
Prestasi PSM GGB ini menjadi bukti nyata bahwa talenta muda Indonesia mampu bersaing di kancah internasional. Semoga prestasi ini dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk terus berprestasi dan mengharumkan nama bangsa. (ft/sf)
Reporter: Fatma
Editor: Sulthan Fathani Elsyam
HUMAS UIN MALANG, (24/10) – Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran serta Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sukses menyelenggarakan Guest Lecture internasional yang bertema "Introduction to Laboratory Equipment, Laboratory Physical Architecture, and Laboratory Safety." Acara ini berlangsung secara daring melalui platform Zoom dan merupakan hasil kolaborasi dengan Pilot Plant Development and Training Institute, King Mongkut's University of Technology Thonburi (KMUTT), Thailand. Guest Lecture ini bertujuan meningkatkan pemahaman terkait keselamatan di laboratorium, penggunaan peralatan secara aman, dan penerapan standar operasional laboratorium bertaraf internasional.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. dr. Yuyun Yueniwati, M.Kes, Sp.Rad (K), Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Malang, menyampaikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya acara ini. Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi sarana edukatif yang bermanfaat bagi dosen, tenaga laboran, dan mahasiswa, terutama di lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Prof. Yuyun juga menekankan bahwa pemahaman tentang keselamatan laboratorium sangat penting untuk pengembangan penelitian yang aman dan berkualitas di FKIK UIN Malang.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber utama dari KMUTT yang memiliki keahlian di bidang keselamatan laboratorium. Pada sesi pertama, Dr. Ratchadaporn Kaprasob dan Assistant Professor Dr. Nattapon Kaisangsri menyampaikan topik “Laboratory Safety.” Keduanya menjelaskan strategi menciptakan lingkungan laboratorium yang aman, mengedukasi peserta mengenai pentingnya penerapan protokol keselamatan untuk mengurangi risiko kecelakaan, terutama dalam menangani bahan kimia berbahaya dan situasi darurat.
Sesi kedua yang berlangsung pada siang hari diisi oleh Dr. Orrapun Selamassakul. Beliau membawakan materi “Safe Handling and Operating of Laboratory Equipment and Glassware,” yang mengajak peserta memahami teknik aman dalam menggunakan peralatan laboratorium dan penanganan kaca. Sesi ini dirancang untuk memastikan peserta mampu mengikuti standar keselamatan internasional dalam praktik laboratorium sehari-hari.
Acara ini dipandu dengan apik oleh Lulu'atul Hamidatu Ulya, M.Sc dari Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, serta Larasati S. Kinasih, M.Gz dari Program Studi Kedokteran, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran. Keduanya memfasilitasi interaksi antara pembicara dan peserta, sehingga diskusi berjalan aktif dan interaktif.
Tak hanya diikuti oleh dosen dan mahasiswa UIN Malang, acara ini juga menarik peserta dari luar, seperti Pranata Laboratorium Pendidikan Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan Universitas Negeri Lampung. Antusiasme peserta terlihat terutama pada sesi tanya jawab, di mana mereka secara aktif mengajukan pertanyaan terkait protokol keselamatan dan teknik penggunaan peralatan laboratorium. Para narasumber dengan sigap menjawab setiap pertanyaan, memberikan penjelasan mendalam dan contoh-contoh nyata dari pengalaman mereka, yang semakin memperkaya wawasan peserta.
Menurut Dr. dr. Ermin Rachmawati, M.Biomed, penanggung jawab acara ini, Guest Lecture ini diharapkan dapat menambah wawasan peserta terkait keselamatan laboratorium dan penggunaan peralatan yang tepat. Dengan meningkatnya pemahaman peserta, diharapkan tercipta lingkungan laboratorium yang lebih aman, efisien, dan sesuai dengan standar internasional.
Acara ini membuktikan bahwa kolaborasi internasional dapat berperan besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan praktik laboratorium di Indonesia, sehingga di masa depan, keselamatan dan standar laboratorium akan semakin terjaga.
Reporter: Azman Fawwazi
HUMAS UIN MALANG – Momentum Hari Santri Nasional (HSN) tahun ini diperingati sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang menyegarkan semangat juang santri dengan mengadakan Seminar Kebangsaan spesial Hari Santri Nasional, Jum’at (25/10/2024).
Seminar yang diselenggarakan di Aula Rektorat lantai 5, Gedung Ir. Soekarno itu bertema senada dengan tema HSN tahun ini (Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan, red), yaitu “Reaktualisasi Spirit Resolusi Jihad bagi Generasi Z”.
Dihadiri langsung oleh narasumber ternama, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Ketua PWNU Jawa Timur) dan Prof. Dr. KH. Ahmad Khudori Soleh, M.Ag (Guru Besar Filsafat Islam UIN Malang) sebagai narasumber kedua dalam seminar kebangsaan ini.
Narasumber pertama, KH. Abdul Hakim Mahfudz, menceritakan perjuangan kemerdekaan Indonesia dulu tak lepas dari peran ulama nusantara. Salah satunya, KH. Hasyim Asyari yang mendirikan Pesantren Tebuireng pada tahun 1899 dan sentuhan-sentuhan lainnya. “Peran beliau saat itu, mengajarkan Ilmu agama, menjaga keberlanjutan warisan para nabi, dan mencetak ulama yang berilmu dan berbudi pekerti,” ujarnya saat bercerita dalam seminar.
Selain itu, Kiai Abdul Hakim menyebut fatwa dan resolusi jihad saat itu, menggerakkan masyarakat Indonesia untuk totalitas mencurahkan jiwa dan raga serta harta benda demi memenangkan pertempuran. Oleh karena itu, menurutnya, penting untuk menjaga warisan yang sudah lebih dulu dilakukan Kiai Hasyim Asyari.
Tokoh agamawan itu juga menjelaskan beberapa sikap pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang bisa diteladani, diantaranya keistiqamahan Kiai Hasyim dalam menonjolkan persatuan tanpa memandang latar belakang, kelompok. "Persatuan inilah yang harus kita jaga dalam rangka menjaga warisan Kiai Hasyim Asy’ari," jelasnya dalam materi pertama.
Sementara Prof. Dr. KH. Ahmad Khudori Soleh, M.Ag (Guru Besar Filsafat Islam) dalam materi kedua menerangkan sedikit tentang bagaimana upaya mempertahankan kemerdekaan dengan menguatkan identitas diri sebagai santri.
Tak hanya itu, Prof. Soleh menambahkan upaya yang bisa dilakukan selanjutnya adalah menjaga Indonesia (rumah kita, red) dengan inklusifitas serta meningkatkan kompetensi sebagai bahan dialog dan lawan penjajahan.
Seminar yang diikuti oleh ratusan mahasiswa serta tamu undangan ini berjalan menarik karena dipimpin langsung oleh Dr. Alfin Mustikawan, M.Pd sebagai moderator dengan pembawaan yang sangat santai namun lugas. Terlihat, Salah satu peserta, Azman Fawwazi menceritakan pengalamannya datang dan mengikuti seminar ini dengan senang hati.
"Senang bisa mengikuti forum kebangsaan tersebut. Soalnya, seminar ini penting sebagai reminder untuk terus menjaga semangat santri dalam menuntut ilmu," katanya kepada Sahabat Kampus. (sf)
Reporter dan Editor : Sulthan Fathani Elsyam
HUMAS UIN MALANG – "Berbahagialah menjadi santri, karena di pundakmu ada tanggung jawab untuk membawa perubahan," ujar Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA, dalam seminar nasional yang digelar untuk memperingati Hari Santri Nasional dan hari lahir UIN Malang ke-63. Jumat, 24 Oktober 2024.
Dalam acara tersebut, Prof. Zainuddin menegaskan pentingnya peran santri dalam membangun bangsa Indonesia. Beliau juga menjelaskan bahwa UIN Malang memiliki tiga ciri khas yang menjadikannya unik di antara perguruan tinggi lainnya, yaitu Ma’had, Pusat Bahasa, dan Haiah Tahfidzul Qur’an (HTQ). "Tiga ciri ini menjadi modal utama mahasiswa UIN Malang dalam mengikuti model pembelajaran terpadu," jelasnya.
Menurutnya, di UIN Malang, seluruh fakultas mengusung pendekatan integrasi antara ilmu sains dan ilmu agama. Hal ini, menurut Prof. Zainuddin, menjadi pembeda utama antara mahasiswa UIN Malang dan perguruan tinggi lain. "Apapun profesinya nanti, mahasiswa UIN harus memiliki kepribadian yang baik dan berbasis akhlak," tambahnya.
Rektor UIN Malang juga menyampaikan rasa syukur atas pencapaian universitas yang telah diakui secara internasional. "Alhamdulillah, UIN Maliki Malang ditetapkan sebagai PTKI terbaik oleh UniRank dan masuk dalam jajaran 16 perguruan Islam terbaik di dunia," ungkap Prof. Zainuddin.
Ia menutup sambutannya dengan pesan penting: ilmu yang diperoleh harus disertai dengan adab atau akhlak yang baik. "Oleh karena itu, saya meminta seluruh mahasiswa mengikuti seminar ini dengan maksimal agar bisa menimba ilmu dan meningkatkan kepribadian," pintanya.
Seminar ini menjadi momentum refleksi bagi para santri dan mahasiswa, mengingatkan mereka akan tanggung jawab besar yang mereka emban, tidak hanya sebagai akademisi, tetapi juga sebagai agen perubahan bagi masyarakat dan bangsa.
HUMAS UIN MALANG – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang menggelar Seminar Nasional bertajuk "Reaktualisasi Spirit Resolusi Jihad bagi Generasi Z" pada Jumat, (25/10). Acara yang diadakan di Aula Rektorat lantai 5 ini dihadiri ratusan peserta dengan penuh antusiasme.
Rektor UIN Malang, Prof. Dr. H. M. Zainuddin, MA, dalam sambutannya menekankan peran penting santri dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. “Hari Santri dijadikan sebagai pengingat akan besarnya peran ulama dan santri dalam menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia,” ujarnya. Ia menggarisbawahi bahwa semangat jihad yang dikobarkan oleh ulama dan santri di masa lalu harus terus dihidupkan oleh Generasi Z untuk menghadapi tantangan masa depan.
Prof. Zainuddin juga memaparkan tiga keunggulan utama UIN Malang sebagai institusi pendidikan Islam. “Kami memiliki Ma'had Al-Jamiah yang membentuk karakter santri, penguasaan bahasa asing seperti Arab, Inggris, dan Mandarin, serta program Hai'ah Tahfizh Al-Qur'an (HTQ) sebagai ciri khas kampus ini,” jelasnya. Selain itu, ia menekankan pentingnya akhlak dalam menuntut ilmu, mengingatkan bahwa kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akademik, tetapi juga etika.
Mengusung tema "Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan", Hari Santri Nasional 2024 menginspirasi santri dan generasi muda untuk terus melanjutkan perjuangan membangun masa depan yang lebih baik. Seminar ini diharapkan menjadi ajang refleksi dan motivasi bagi santri dan mahasiswa dalam menghadapi tantangan zaman, sambil tetap memegang teguh nilai-nilai perjuangan ulama terdahulu.
Setelah pembukaan oleh Rektor UIN Malang, acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang menghadirkan narasumber-narasumber berkompeten, membahas lebih dalam tentang relevansi Resolusi Jihad bagi Generasi Z dalam menghadapi dinamika perubahan zaman.
Reporter: Azman Fawwazi
HUMAS UIN MALANG — (24/10) Pada hari kedua Forum Group Discussion (FGD) Pengembangan Kelembagaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Persemakmuran eks IAIN Sunan Ampel Surabaya, para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok kerja dengan fokus pada bidang-bidang strategis. Salah satu kelompok yang dipimpin oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dari sembilan perguruan tinggi anggota persemakmuran, menitikberatkan pada pengembangan program kolaborasi dalam pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, kemahasiswaan, dan alumni.
Pertemuan ini menghasilkan sejumlah keputusan penting untuk tahun 2025, dengan agenda utama berupa peningkatan mobilitas internasional. Program International Student Mobility akan digerakkan oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan UIN Sunan Ampel Surabaya, memperluas kesempatan mahasiswa untuk belajar di luar negeri. Selain itu, program Visiting Lecturer akan dikoordinasikan oleh UIN Maliki Malang dan IAIN Kediri, mengundang dosen dari berbagai negara untuk berbagi ilmu dan pengalaman.
Salah satu program unggulan lainnya adalah *International Summer Camp* yang akan diselenggarakan oleh UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dan UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Maliki Malang, Prof. Dr. Hj. Umi Sumbulah, menegaskan bahwa kolaborasi riset antar PTKIN, termasuk penelitian internasional, akan dipimpin oleh UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dan IAIN Ponorogo. “Kami juga akan meningkatkan pelaksanaan INCOIL (International Conference on Islamic Learning), bekerja sama dengan UIN SATU Tulungagung dan UIN Mataram, untuk memperbanyak volume dan frekuensi kegiatan akademik ini,” jelasnya.
Tak hanya itu, kerja sama dalam publikasi ilmiah juga akan diperkuat, dengan UIN Mataram dan IAIN Madura mengambil peran sebagai penggerak utama. Program kolaborasi lainnya termasuk keterlibatan direktur pascasarjana dari seluruh PTKIN dalam pembimbingan dan pengujian disertasi, yang akan melibatkan berbagai perguruan tinggi dalam persemakmuran.
Inisiatif penting lain yang muncul dari FGD ini adalah pendirian Career Center Persemakmuran, yang dipelopori oleh UIN Maliki Malang dan UIN SATU Tulungagung. Pusat karier ini bertujuan mempersiapkan lulusan PTKIN agar lebih siap menghadapi dunia kerja, sekaligus memperkuat jaringan alumni dan memberikan dukungan karier bagi mahasiswa.
Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam FGD ini diharapkan mampu memperkuat kolaborasi antar PTKIN dan menciptakan program-program unggulan yang berdampak luas, baik di skala nasional maupun internasional, serta membuka lebih banyak peluang bagi mahasiswa dan dosen untuk berkembang.
Reporter: Azman Fawwazi
HUMAS UIN MALANG — Pada hari kedua Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Persemakmuran eks IAIN Sunan Ampel Surabaya, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan (AUPK) dari sembilan perguruan tinggi anggota persemakmuran menggelar pertemuan khusus. Acara yang berlangsung pada Kamis, (24/10) ini dipimpin oleh Wakil Rektor Bidang AUPK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. Hj. Ilfi Nurdiana, M.Si, dan menghasilkan sejumlah rekomendasi penting yang berfokus pada penyelesaian berbagai tantangan kelembagaan PTKIN.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah standarisasi eselon untuk staf non-eselon yang seringkali terkendala anggaran dan fasilitas. Selain itu, permasalahan terkait tugas belajar (Tubel) dan izin belajar (Ibel) juga mendapat sorotan. Aturan baru mengenai proses pencantuman gelar dan identifikasi status Tubel/Ibel dinilai membingungkan, sehingga menghambat kelancaran studi para akademisi. Prof. Ilfi menekankan bahwa solusi yang cepat diperlukan agar proses pendidikan tidak terganggu oleh kendala birokrasi.
Pengembangan Badan Layanan Umum (BLU) menjadi topik lain yang tak kalah penting. PTKIN yang belum mencapai status BLU didorong untuk segera mencapainya, sementara perguruan tinggi yang sudah berstatus BLU menghadapi tantangan dalam hal pengaturan tarif remunerasi. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengusulkan percepatan penetapan RPMK Tarif Remunerasi Kolektif dan mendesak adanya subsidi remunerasi dari APBN untuk menyelesaikan masalah ini.
Beberapa perguruan tinggi, seperti IAIN Ponorogo dan IAIN Madura, juga mengangkat kebingungan terkait tugas belajar setelah diterbitkannya Surat Edaran Menpan. Hal ini menyulitkan proses identifikasi status Tubel/Ibel, terutama bagi dosen yang menjalankan tugas tambahan. UIN Sunan Ampel Surabaya mengusulkan percepatan penyelesaian tugas belajar, khususnya bagi dosen S-3 yang belum lulus, dengan menetapkan perjanjian antara pimpinan perguruan tinggi dan dosen untuk menentukan batas waktu penyelesaian studi.
Dalam sesi diskusi, Kepala Biro IAIN Ponorogo dan IAIN Kediri menyarankan agar Forum WR AUPK dan Forum Biro PTKIN mendatangkan narasumber dari Menpan RB dan Biro Kepegawaian Kementerian Agama. Langkah ini dianggap penting untuk mempercepat penyampaian persoalan yang dihadapi langsung kepada penyusun kebijakan terkait implementasi Ibel dan Tubel.
Selain itu, isu karier Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) juga menjadi perhatian. Banyak perguruan tinggi mempertanyakan nasib sisa Non-ASN yang belum diangkat menjadi PPPK, serta alokasi anggaran remunerasi bagi PPPK yang idealnya tidak melebihi 40% dari pagu BLU.
Dengan berbagai rekomendasi yang dihasilkan, pertemuan ini diharapkan mampu memberikan solusi konkret untuk pengembangan kelembagaan PTKIN di masa depan. Kolaborasi dan koordinasi yang erat antar Wakil Rektor AUPK akan memaksimalkan potensi perguruan tinggi dalam persemakmuran, serta mendorong kemajuan di bidang administrasi, keuangan, dan kesejahteraan akademisi serta tenaga kependidikan.
Reporter: Azman Fawwazi
HUMAS UIN MALANG — UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sukses menjadi tuan rumah Focus Group Discussion (FGD) yang membahas Pengembangan Kelembagaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) eks IAIN Sunan Ampel Surabaya, Kamis (24/10). Acara yang berlangsung di rooftop lantai 3 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ini dihadiri oleh sembilan perguruan tinggi dari berbagai daerah, termasuk rektor dan ketua senat dari masing-masing institusi.
Diskusi dimulai dengan sambutan Ketua Senat yang mengulas sejarah dinamis UIN Maliki Malang, yang kerap disebut sebagai kampus "nakal" karena transformasinya yang terus berkembang. Mulai dari STAIN, IAIN, hingga UIIS, hingga kini menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, institusi ini terus berinovasi dan beradaptasi untuk menjawab kebutuhan zaman. Peresmian perubahan ini bahkan dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menunjukkan pencapaian yang membanggakan dalam pengembangan lembaga pendidikan.
Rektor UIN Maliki Malang, Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA, dalam sambutannya menekankan pentingnya kohesivitas dan kebersamaan dalam pengembangan kelembagaan. Menurut Prof. Zainuddin, institusi pendidikan yang sukses adalah yang mampu menciptakan lingkungan kondusif tanpa intrik, serta mampu bekerja sama dalam menyelesaikan tantangan. Ia mencontohkan upaya pengadaan tanah untuk Kampus 3 UIN Malang yang berhasil melalui sinergi antara masyarakat, kejaksaan, dan PPATK.
Selain itu, Prof. Zainuddin mendorong para rektor untuk meninjau ciri khas dan keunggulan kampus masing-masing, guna meningkatkan daya saing. UIN Maliki Malang sendiri mengembangkan Integrated Learning Model sebagai pendekatan khas dalam mendidik mahasiswa, ditambah dengan program Ma'had Al Jamia'ah yang mendukung pengembangan karakter dan keilmuan.
Dari segi infrastruktur, UIN Maliki Malang saat ini tengah menyelesaikan pembangunan gedung perkuliahan Arrahim dengan investasi mencapai satu triliun rupiah. Pembangunan ini didukung oleh donatur dari Timur Tengah, hasil dari silaturahmi dan kerja sama internasional yang erat.
Tak hanya berfokus pada pengembangan lokal, UIN Maliki Malang juga mengglobal dengan program Student Exchange yang diikuti oleh 27 mahasiswa dari berbagai fakultas. Mereka akan menimba ilmu di Belgia dan Turki, dalam program parsial yang sepenuhnya gratis, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan di luar negeri.
Menariknya, UIN Maliki Malang kini semakin inklusif, membuka pintu bagi semua lapisan masyarakat, tanpa memandang latar belakang agama. Tahun ini, beberapa mahasiswa baru yang diterima berasal dari Amerika Serikat dan NTT, termasuk di antaranya yang beragama non-Muslim. Hal ini mencerminkan komitmen kampus untuk menciptakan lingkungan akademik yang ramah dan beragam.
FGD ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam memperkuat kelembagaan PTKIN di Indonesia. Acara ini juga menjadi momentum untuk mempererat kerja sama antar perguruan tinggi dan menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Reporter: Azman Fawwazi